Menjadi Manusia Sholeh: Perjalanan Panjang Menuju Jiwa yang Murni

Bagikan Keteman :


Menjadi manusia baik, suci, dan sholeh—bukan sekadar impian mulia, tetapi tanggung jawab besar yang menuntut kesungguhan luar biasa. Dalam banyak pengajian, khutbah, dan nasihat keagamaan, kita sering mendengar ajakan untuk menjadi pribadi sholeh. Tapi apakah kita benar-benar memahami betapa kompleks dan seriusnya jalan menuju keshalihan itu?

Keshalihan bukanlah produk instan. Ia tidak cukup hanya dengan niat baik dan pakaian religius. Ia adalah buah dari proses panjang yang menyentuh segala aspek kehidupan manusia, lahir dan batin, jasmani dan ruhani.


🌱 Keshalihan Bukan Warisan, Tapi Perjuangan

Banyak yang beranggapan bahwa jika seseorang berasal dari keluarga religius, otomatis ia akan menjadi sholeh. Sayangnya, fakta membantah itu. Tidak semua anak ustadz menjadi alim. Tidak semua keturunan ulama mewarisi cahaya hati. Sebaliknya, banyak orang besar justru lahir dari keluarga sederhana, bahkan dari latar belakang kelam—tapi mereka punya tekad kuat untuk berubah dan menjadi mulia.

Maka, keshalihan bukan soal garis keturunan, melainkan perjuangan yang melibatkan banyak elemen penting. Mari kita lihat satu per satu.


🔍 1. Nasab dan Doa Leluhur

Nasab yang baik dan bersih memberi pengaruh batiniah yang tidak terlihat oleh mata, tapi terasa dalam perjalanan hidup. Doa-doa dari ayah, ibu, dan kakek-nenek yang tulus bisa menjadi payung tak terlihat yang melindungi dan membimbing seorang anak menuju kebaikan.

“Dan adalah ayahnya seorang yang sholeh, maka Kami jaga anak-anaknya…”
(Tafsir QS. Al-Kahfi: 82)


🍽️ 2. Kehalalan Makanan yang Ditanamkan Sejak Kecil

Banyak orang meremehkan aspek ini, padahal makanan yang masuk ke tubuh kita membentuk struktur ruhani dan karakter batin. Makanan haram, meski sedikit, bisa mematikan nurani. Sedangkan makanan halal dan thayyib menghidupkan hati, menjernihkan akal, dan menguatkan iman.


🧕 3. Pendidikan dan Teladan Orang Tua

Orang tua yang hanya menyuruh anaknya shalat, tapi tidak pernah shalat tepat waktu, sesungguhnya sedang menyampaikan kontradiksi yang merusak kesadaran anak.
Keshalihan tidak dibentuk lewat instruksi, tapi lewat keteladanan yang menginspirasi.


🔥 4. Tekad dan Kesadaran Pribadi

Keshalihan sejati akan lahir jika seseorang mau berubah dan terus belajar. Bahkan jika ia tidak dibesarkan dalam lingkungan religius, keinginan kuat untuk menjadi baik bisa mengalahkan semua keterbatasan masa lalu. Inilah yang disebut ijtihad jiwa.

“Barangsiapa bersungguh-sungguh di jalan Kami, maka Kami akan tunjukkan jalan-jalan Kami kepadanya.”
(QS. Al-Ankabut: 69)


🌌 5. Hidayah dan Taufik dari Allah

Ini adalah faktor paling menentukan. Sebab semua usaha tidak akan berarti apa-apa tanpa cahaya dari Tuhan.
Ada orang tahu kebenaran, tapi tak mampu mengamalkannya. Ada yang punya ilmu tinggi, tapi tidak diberi taufik untuk menjadi baik. Maka, keshalihan sejati lahir dari rahmat dan pilihan Allah.

Inilah mengapa setiap insan harus selalu memohon kepada Allah agar diberi hidayah dan taufik, karena betapapun keras usaha manusia, tanpa pertolongan-Nya, kita tak akan sampai.


⚔️ Keshalihan dan Dakwah: Harus Kuat dan Murni

Mengapa ini penting? Karena jalan dakwah tidak boleh diisi oleh orang-orang yang setengah hati.
Dakwah bukan kerja sambilan. Ia bukan soal popularitas. Ia adalah medan berat yang menuntut keikhlasan tinggi, daya tahan spiritual, dan integritas ruhani.

Dakwah yang dijalankan oleh orang sholeh akan melahirkan berkah dan perubahan.
Namun dakwah yang dijalankan oleh orang yang masih terikat ego dan ambisi pribadi hanya akan menghasilkan konflik, perpecahan, dan citra semu belaka.


🧭 Refleksi: Jalan Menjadi Sholeh Harus Disadari dan Ditempuh

Jangan pernah mengira bahwa keshalihan bisa diraih dalam semalam. Ia adalah buah dari banyak simpul kesungguhan, antara lain:

  • Doa yang terus dipanjatkan.
  • Kesalahan yang terus diperbaiki.
  • Nafsu yang terus diperangi.
  • Ilmu yang terus digali.
  • Amal yang terus dikerjakan.
  • Hati yang terus dijaga dari riya’ dan sombong.

Dan semua itu, harus ditempuh dengan sabar, istikamah, dan tawadhu’.


🌟 Penutup: Menjadi Sholeh Adalah Jalan Hidup Para Pemenang Akhirat

Keshalihan bukan sekadar status spiritual. Ia adalah jalan hidup. Jalan panjang menuju ridha Allah.
Maka, siapa pun kita hari ini, seburuk apa pun masa lalu kita, masih ada kesempatan untuk memulai perjalanan menjadi manusia yang sholeh.

Karena menjadi sholeh bukan milik orang sempurna,
tapi milik siapa saja yang terus ingin memperbaiki dirinya demi Allah.


Semoga kita semua diberi kekuatan untuk menempuh jalan ini—jalan kesucian, jalan keikhlasan, jalan menuju Tuhan.
Dan semoga kelak kita menjadi manusia yang bukan hanya tampak baik di luar, tapi benar-benar bersih dan murni di hadapan-Nya.


By: Andik Irawan

Related posts

Leave a Comment